Nama :
Vera Christina
NPM :
27211256
Kelas :
4EB25
Sejarah
Negara Yugoslavia, Inflasi Dan Cara Mengatasinya
Sejarah Negara Yugoslavia
Yugoslavia
(berarti “Slavia Selatan”) merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah
Balkan, di sebelah tenggara Eropa, dari tahun 1918 sampai tahun 2003. Dalam
perjalanannya, negara ini pernah berbentuk kerajaan dan republik. Negara ini
beribukota di Beograd.
1918 :
Setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang Dunia I maka
“Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan Peter I dari
Serbia sebagai raja. Bibit untuk konflik di masa datang sudah ditaburkan mulai
saat ini. Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan padahal Kroasia
menginginkan sebuah federasi. Pada tahun 1928, Kroasia mencoba melepaskan diri
setelah seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh. Raja Alexander, sejak
1921, berreaksi keras dengan membubarkan parlemen dan mencanangkan
diktatorialisme.
1929 :
Nama negara diubah menjadi Kerajaan Yugoslavia. Raja Yugoslavia, Alexander,
dibunuh di Paris, Prancis, oleh kelompok nasionalis ekstrim Makedonia-Kroasia.
1939 :
Kroasia mendapatkan lebih banyak otonomi.
1941-1945
: Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, terpaksa menandatangani persetujuan
kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Akan tetapi para perwira Serbia
yang anti-Jerman berontak dan menggulingkan pemerintahannya. Hitler marah dan
menyerang Yugoslavia. Negara Balkan tersebut jatuh dengan cepat, terutama
karena etnis-etnik non Serbia banyak yang bergabung dengan para penyerbu.
Setelah
menaklukkan negeri itu, Hitler memecah-belah negeri tersebut di bawah
pendudukan Poros dan rezim boneka lokal. Atas perintah Hitler, bekas propinsi
Kroasia, Bosnia, dan Hercegovina digabungkan ke dalam negara boneka Kroasia
sementara wilayah sebagian besar Kosovo, Montenegro Selatan dan Makedonia Barat
digabungkan ke dalam Negara Albania Raya. Penduduk Yugoslavia kemudian bangkit
melawan pasukan pendudukan dan bergabung dengan dua kekuatan gerilya utama:
kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung raja dan kaum Partisan
pimpinan Tito yang komunis. Yugoslavia pada masa ini menjadi medan pertempuran
berdarah, di mana penduduknya bukan hanya memerangi pasukan pendudukan Poros
namun juga saling membantai antara sesama warga–suatu preseden bagi perang
antaretnis tahun 1990-an. Di Negara Kroasia Merdeka, kaum nasionalis ekstrim
Kroasia bekerja sama dengan kaum Muslim Bosnia berusaha membersihkan negara
boneka tersebut dari orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi. Antara tahun
1941-45, kaum Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia, 60.000 Yahudi
dan 25.000 Jipsi. Pembersihan etnis juga terjadi di Negara Albania Raya, di
mana kaum militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu orang Serbia dan
orang Slavia Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo dan Makedonia Barat, dan
menggantikannya dengan para pendatang Albania dari wilayah Albania. Tragedi ini
membuat trauma yang mendalam terhadap bangsa Serbia.
1943 :
Federal Demokratik Yugoslavia diproklamasikan oleh para partizan komunis.
Negosiasi dengan pemerintahan Kerajaan Yugoslavia dalam pengasingan terus
dilakukan, sementara wilayah Kerajaan Yugoslavia masih diduki oleh sekutu.
1944 :
Para partizan komunis dipimpin oleh Tito membebaskan Beograd pada bulan Oktober
dengan bantuan tentara Uni Soviet.
1945 :
Nazi Jerman menyerah, para partizan mengambil alih kekuasaan di seluruh bagian
negara. Pada tanggal 29 November, Raja Petar II dimakzulkan oleh Majelis
Konstituante Komunis Yugoslavia saat masih dalam pengasingan. Pada tanggal 2
Desember, pemerintah komunis menyatakan keseluruhan wilayah ini sebagai bagian
Federal Demokratik Yugoslavia.
1946 :
Pada tanggal 31 Januari, Federal Demokratik Yugoslavia berganti nama menjadi
Republik Rakyat Federal Yugoslavia. Negara ini terdiri dari: Serbia, Kroasia,
Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Republik Makedonia serta dua
daerah otonom yang menjadi bagian Serbia: Kosovo dan Vojvodina.
1948 :
Melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Yugoslavia ingin berjalan sendiri
dalam melaksanakan paham komunisme.
1961 :
Kekuatan vokal dalam pembentukan KTT Negara Non Blok.
1963 :
Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama menjadi
Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Tito diangkat menjadi presiden seumur
hidup.
1980 :
Tito meninggal, perbedaan antaretnis mulai nampak, terutama ketika pada akhir
tahun 1980an terjadi krisis ekonomi. Diskriminasi terhadap penduduk Serbia dan
non Albania lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang mengungsi dari propinsi
tersebut. Hal tersebut membuka kembali luka lama orang Serbia dan mendorong
terpilihnya Slobodan Milosevic yang mengajukan program-program nasionalis
Serbia sebagai presiden Serbia: status otonom Kosovo dan Vojvodina ditiadakan.
Nasionalisme berdasarkan etnisitas menjadi marak.
1990 :
April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah terkaya,
partai pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis menang.
1991 :
Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan.
Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan
tetapi perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana
nyaris homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam.
Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia
berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II
maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Ketika Republik
Makedonia, negara bagian termiskin, memerdekakan diri pada tanggal 8 September,
Tentara Federal diam saja.
1992 :
Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk merdeka dan mendeklarasikan
negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia menolak hasil tersebut dan
berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan Tentara Federal, yaitu
Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian menjadi Republik Srpska.
Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung sengit dan kejam karena
alasan trauma sejarah. Dari enam negara bagian hanya Serbia dan Montenegro yang
tertinggal, yang kemudian membentuk Republik Federal Yugoslavia pada tanggal 28
April 1992.
1995 :
Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina.
1999:
Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan pemberontakan
tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi Albania ke wilayah
tetangga. NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic menyerah dan Kosovo
diberikan di bawah pengawasan internasional. Giliran penduduk Serbia yang
dibersihkan secara etnis oleh KLA. Kelompok gerilyawan Albania ini juga
menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo sebagai jalan menghapuskan
jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri adalah menggabungkan
Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni orang Albania ke dalam
suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa Perang Dunia II.
Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang sebelumnya dengan tangan
terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.
2000:
Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang pemilu.
Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Pengadilan Internasional untuk
Bekas Yugoslavia.
2002:
Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat uni
yang lebih bebas.
2003:
Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang sehingga
menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah perjalanan
panjang negara Yugoslavia.
Negara-negara
pecahan Yugoslavia:
1. Slovenia
2. Kroasia
3. Bosnia-Herzegovina
4. Serbia
a. Provinsi Vojvodina
b. Kosovo
5. Montonegro
6. Macedonia
Sejarah Inflasi Yugoslavia
Inflasi terbesar
ketiga terjadi di Yugoslavia (Republika Srpska) pada April 1992 hingga Januari
1994 dengan tingkat inflasi harian mencapai 65 %. Kondisi ini membuat harga
berubah dua kali lipat setiap 34 jam. Jatuhnya Uni Soviet
menyebabkan peran internasional menurun kepada Yugoslavia, mantan pemain
geopolitik utama yang menghubungkan Timur dan Barat dan partai komunis yang
berkuasa, akhirnya datang di bawah tekanan yang sama seperti Soviet lakukan .
Hal ini menyebabkan
pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara etnis dan perang. Dalam
proses ini, perdagangan antara wilayah-wilayah bekas Yugoslavia ikut runtuh,
demikian pula output industri. Pada saat yang sama, internasional melakukan
embargo terhadap ekspor Yugoslavia, dan kian menghancurkan negara ini.
Cara Mengatasi Inflasi
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah
melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter yang berkaitan dengan
pengendalian jumlah uang beredar dan pengaturan tingkat suku bunga dan kredit.
Kebijakan moneter biasanya lebih efektif untuk mengatasi
masalah inflasi daripada untuk mendorong ekspansi kegiatan ekonomi pada jangka
pendek. Hal tersebut disebabkan inflasi dapat diatasi dengan mengendalikan
permintaan total masyarakat melalui pengurangan jumlah uang beredar.
Instrumen-Instrumen yang biasa digunakan dalam
kebijakan moneter melalui Bank Sentral untuk menanggulangi atau mengatasi
masalah inflasi adalah sebagai berikut:
1.
Operasi
Pasar Terbuka atau Open Market Operation
Operasi pasar terbuka
adalah usaha atau tindakan-tindakan untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk membeli atau menjual surat-surat berharga milik negara.
Kegiatan penjualan surat berharga ini akan mengurangi cadangan wajib bank umum.
Dengan demikian, jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang dan kenaikan
harga-harga pun dapat ditekan.
2.
Kebijakan
Tingkat Suku Bunga Diskonto atau Discount Rate Policy
Kebijakan tingkat suku
bunga diskonto adalah tindakan Bank Sentral dengan mengubah tingkat suku bunga
diskonto yang harus dibayar oleh bank umum atas dana pinjaman dari Bank
Sentral. Kenaikan suku bunga diskonto akan menyebabkan naik suku bunga kredit
kepada masyarakat. Sehingga kredit investasi yang diberikan akan turun.
Turunnya kredit investasi berakibat pula pada menurunnya pendapatan nasional,
dan berpengaruh terhadap turunnya permintaan agregat yang pada akhirnya
harga-harga barang pun akan turun.
3.
Kebijakan
Cadangan Wajib atau Reserve Requirement Policy
Kebijakan cadangan wajib
berkaitan dengan tindakan Bank Sentral dalam menetapkan cadangan wajib bagi
bank umum di Bank Sentral. Jika cadangan wajib yang dikenakan oleh Bank Sentral
tinggi, jumlah pasokan uang akan turun, selanjutnya jumlah uang beredar di
masyarakat menjadi lebih sedikit sehingga harga-harga pun berkurang.
4.
Kebijakan
Kredit Selektif
Kebijakan kredit selektif berkaitan dengan
kebijakan bank umum dalam menyalurkan kredit kepada nasabah (masyarakat) dengan
memperhatikan unsur character, collateral, capital, capacity, dan condition of
economy.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan
pengeluaran pemerintah dan perpajakan yang secara langsung memengaruhi
permintaan total dan memengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijakan fiskal seperti pengurangan pengeluaran pemerintah
dan kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi
dapat ditekan. Kebijakan fiskal dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu sebagai
berikut.
1.
Meningkatkan
penerimaan pajak, dengan memberlakukan tingkat pajak yang tinggi bagi unit
usaha yang tidak memproduksi kebutuhan pokok masyarakat atau dengan mengenakan
jenis-jenis pajak baru.
2.
Mengurangi
pengeluaran pemerintah, dengan jalan menunda atau menghapuskan pengeluaran yang
bukan prioritas.
3.
Mengadakan
pinjaman pemerintah, yaitu mengurangi pembayaran yang dilakukan pada masyarakat
dan mengembalikannya di kemudian hari, misalnya dalam bentuk pensiun.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Yugoslavia
http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/cara-pemerintah-menanggulangi-inflasi/